Kamis, 27 Desember 2012

REVIEW JURNAL EKONOMI KOPERASI 4(BAGIAN 1)

REVIEW 9


Bagaimana Mengelola Koperasi Agar Berstandar Nasional 
Firdaus M. Yusuf



ABSTRAK
Koperasi ABC memiliki visi untuk menjadi koperasi yang profesional dan sejajar dengan perusahaan lain dengan tetap menjaga ciri khas koperasi, yaitu meningkatkan kualitas kehidupan anggotanya. Untuk mewujudkan visinya tersebut, koperasi ABC harus membenahi manajemen usahanya, salah satunya adalah memperbaiki dan meningkatkan kinerja sumber daya manusianya. Sebagai langkah awal koperasi harus mampu mengidentifikasi permasalahan pengelolaan SDM. Riset ini bertujuan untuk melakukan identifikasi permasalahan SDM tersebut. Metoda identifikasi dilakukan dengan melakukan pemetaan terhadap kondisi pengelolaan SDM saat ini dan membandingkannya Koperasi XYZ, yaitu koperasi yang menjadi acuan
dalam pengelolaan perkoperasian di Indonesia. Pemetaan permasalahan dilakukan dengan metoda kuesioner dan wawancara. Pola identifikasi masalah manajemen SDM dilakukan dengan cara membagi aspek‐aspek MSDM kedalam 5 dimensi, yaitu dimensi arah sasaran, kondisi organisasi, kondisi pengelolaan SDM, budaya dan integrasi. Kelima dimensi inilah yang digunakan sebagai alat dalam identifikasi masalah MSDM
pada koperasi ABC ini. Hasil identifikasi MSDM menunjukan adanya kesenjangan baik dalam manajemen SDM untuk kelima dimensi yang diukur. Urutan prioritas perbaikannya adalah secara berturut‐turut yaitu dimensi budaya, kondisi organisai, arah dan sasaran, kondisi pengelolaan SDM dan integrasi. Koperasi memiliki berbagai keterbatasan, namun upaya yang berkesinambungan untuk mewujudkan visi misinya tetap harus dilakukan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pengoptimalan program pelatihan, perbaikan komunikasi internal dan membangun budaya sportivitas dalam bermitra

Kata kunci: Koperasi, manajemen SDM, analisis kesenjangan

1. Pendahuluan

Koperasi menjadi suatu gerakan ekonomi nasional, dan mengakibatkan berkembang pesatnya koperasi di tanah air. Terdapat dua momentum penting dari perkembangan Koperasi Indonesia. Pertama pada awal 1970‐an, dimana pemerintah menciptakan program nasional Badan Usaha Unit Desa (BUUD) yang kemudian disebut Koperasi Unit Desa (KUD). Jumlah KUD berkembang pesat di tanah air, dan menjadi “milestone” perkembangan gerakan koperasi Indonesia. Momentum kedua adalah dikeluarkannya Inpres 18 tahun 1998 yang intinya menderegulasi pendirian/pembentukan Koperasi baru (herbert,2003). Kebijakan ini telah mengakibatkan tumbuhnya koperasi dua kali lipat dalam kurun waktu hanya 3 tahun. Jika pada akhir 1997 jumlah koperasi mencapai 49 ribu unit, pada akhir 2001 jumlahnya mencapai angka 103 ribu unit (Dekopin, 2001). Namun demikian secara kumulatif kinerja koperasi, yaitu profitabilitas dan efisiensi usaha, cenderung mengalami penurunan pada perioda yang sama (Bappenas, 2002; & Kantor Mennegkop, 2002). Sampai saat ini koperasi belum mampu menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Teridentifikasi terdapat 7 masalah kualitatif yang dialami Koperasi Indonesia, yaitu “Citra”, “Kemandirian”, “Kualitas SDM”, “Manajemen/Governance”, “Ketersediaan dan Akses Permodalan”,dan “Jaringan Usaha”(Suryadharma Ali, 2004). Koperasi memiliki citra sebagai organisasi yang ketinggalan zaman karena kualitas SDM yang kurang dan kemampuan manajerial yang tidak kompeten sehingga kebanyakan orang memandang sebelah mata terhadap koperasi, padahal koperasi didirikan sebagai soko‐guru ekonomi nasional.
Koperasi adalah perkumpulan orang dan modal yang memiliki tujuan bisnis dan sosial, berbeda dengan badan usaha lainnya oleh karena itu manajemen sumber daya manusia (MSDM) memegang peranan yang penting dalam koperasi. MSDM membantu untuk mewujudkan tujuan yang optimal dari sebuah organisasi dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sumber daya manusia. Pengelolaan dan pembinaaan SDM yang tepat diperlukan jika koperasi ingin bertahan dalam bisnis dan menambah daya kompetitifnya. Demikian pula halnya dengan Koperasi ABC sebagai obyek dalam riset ini. Berbagai alternatif untuk perbaikan kinerja koperasi seringkali menjadi bahan diskusi para ekonom. Tapi sejauh ini jarang sekali dilakukan pemetaan kondisi MSDM sebuah koperasi. Padahal dalam aspek SDM inilah koperasi paling banyak disorot sebagai salah satu sumber permasalahan lemahnya keberadaan koperasi. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi masalah MSDM koperasi sebagai langkah awal perbaikan.

2. Model Konseptual
Fungsi MSDM dalam sebuah koperasi dimulai dari kegiatan perencanaan sampai dengan pemisahan (separation). Dibawah ini adalah 11 fungsi MSDM koperasi secara umum yaitu:
   1. Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan
       kepengurusan koperasi secara efektif dan efisien agar sesuai dengan
       kebutuhan dan tujuan koperasi. Dari perencanaan inilah terlihat seperti
       apa skenario atau desain awal pendirian Koperasi ini dapat dipahami
       oleh anggota dan pengurus.
  2. Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasi
      semua pengurus dan anggota dengan menetapkan pembagian kerja,
      hubungan kerja, delegasi, wewenang, integrasi dan koordinasi dalam
      bagan organisasi.
 3. Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan anggota agar terlibat
     dalam kegiatan koperasi dan bekerjasama, dengan demikian muncul rasa
     memiliki dan tanggung jawab bersama.
 4. Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan anggota agar
     mentaati kesepakan bersama yang telah ditetapkan dalam rapat anggota.
     Sehingga aktifitas yang dikerjakan sesuai dengan syarat dan prosedur.
 5. Pengadaaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
     orientasi dan induksi untuk mendapatkan pengelola/pengurus yang
     sesuai. Dalam hal ini biasanya proses pengangkatan manajer sebagai
     ujung tombak koperasi.
 6. Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
     teknis, teoritis, konseptual dan moral melalui pendidikan dan pelatihan.
     Pendidikan dan pelatihan ini merupakan stressing dari koperasi.
 7. Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung dan
     tidak langsung. Pemberian kompensasi dalam koperasi diwujudkan
     melalui kemudahan dan peningkatan volume peminjaman dan juga
     pembagian sisa hasil usaha (SHU).
 8. Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
     kepentingan koperasi dan anggota, agar tercipta kerjasama yang serasi
    dan saling menguntungkan. Untuk melihat efektifitas dari integrasi ini
    kita harus melihat sejauh mana koperasi dapat memenuhi kebutuhan
   anggotanya baik materi maupun non materi. Pengintegrasian merupakan
   hal yang sulit dalam MSDM karena mempersatukan dua kepentingan
   yang seringkali berbeda.
 9. Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
     meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas anggota. Pemeliharaan
     yang baik dilakukan dengan program kesejahtraaan yang didasarkan
     pada kebutuhan sebagian besar anggotanya.
 10. Kedisiplinan (discipline) merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan
      kunci terwujudnya tujuan. Kedisiplinan ini mengukur sejauh mana
      pegurus dan anggota mentaati atur4an main koperasi.
 11. Pemberhentian (separation) adalah putusnya keanggotaaan koperasi.
       Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan sendiri atau diberhentikan
       oleh forum karena alasan‐alasan tertentu.


Sebelas fungsi diatas terdiri dari berbagai aspek, kriteria dan program yang
dapat diukur efektivitasnya. Dari aspek‐aspek tersebut, mulai dari aspek
pemahaman anggota dan pengurus terhadap tujuan organisasi sampai dengan
aspek pemberlakuan sangsi (separation) semuanya dikumpulkan dan dirangkum
kemudian disederhanakan menjadi lima dimensi MSDM (Tjakraatmadja dkk,
2001, diolah). Kelima dimensi itu adalah:

   1. Dimensi Arah dan sasaran, dimensi ini mengukur sejauh mana SDM
       koperasi memahami arah dan sasaran dari koperasi. Dengan demikian
       kita bisa melihat apakah mereka memiliki tujuan bersama atau tujuan
       sepihak. Idealnya dalam sebuah koperasi pengurus dan anggota memiliki
       arah dan sasaran bersama.
  2. Dimensi Kondisi Organisasi, pemilihan jenis organisasi apakah telah
      sesuai dengan jenis usahanya, koperasi single purpose akan berbeda
      dengan organisasi multipurpose. Kondisi organisasi disini lebih
      menekankan pada pembagian tugas dan pemberdayaan SDM.
  3. Dimensi Kondisi sistem pengelolaan SDM, pengelolaan SDM
      menyinggung bagaimana sifat koperasi , konsistensi dalam menjalankan
      sistem dan peran dari manajer sebagai ujung tombak.
  4. Dimensi Budaya, melihat apakah beriklim kekeluargaan atau
      individualis, keputusan didasarkan atas kepentingan sepihak atau
      bersama dan juga melihat iklim sportivitas didalam koperasi.
  5. Dimensi Integrasi, melihat apakah ada irisan antara kebutuhan koperasi
      sebagai organisasi dan kebutuhan pengurus dan anggota sebagai
      individu. Disini kita melihat keseimbangan antara hak dan kewajiban.
      Dimensi integrasi ini dapat dilihat berdasarkan kesesuaian partisipasi
      yang terdiri dari 3 aspek yaitu:
         • anggota ”berpartisipasi dalam memberikan kontribusi atau
            menggerakkan sumber‐sumber dayanya
         • anggota ”berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan,
           pelaksanaan dan evaluasi)
         • anggota berpartisipasi/berbagi keuntungan


Kelima dimensi diatas yang akan digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi masalah MSDM pada Koperasi ABC ini. Identifikasi masalah MSDM sebuah koperasi berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Dalam hal ini koperasi mempunyai tugas ekstra yaitu selain mencari profit juga berusaha meningkatkan kualitas anggotanya baik secara materil maupun non‐materil seperti keterampilan dan wawasan dengan demikian ciri khas koperasi tetap harus dijaga. Didalam koperasi, anggota memiliki suara yang sama sehingga peran anggota dalam mengambil keputusan dan kebijakan koperasi menjadi sangat dominan. Koperasi adalah milik bersama bukan milik para pemegang saham. Berbeda halnya dengan perusahaan yang keputusannya ditentukan oleh jumlah lembar saham atau saham mayoritas, dan manajer memberikan tugas kepada para staf dan bawahannya. Dalam koperasi anggota memiliki posisi yang sama dengan pengurus, hanya berbeda dalam wewenang dan tugasnya. Dengan demikian yang menjadi objek dalam MSDM koperasi tidak hanya pengurus saja tapi juga anggotanya. Oleh karena itu desain identifikasi ini disesuaikan dengan ciri khas MSDM koperasi di Indonesia.


Nama           : Tri Yusnia Efendi
Kelas/NPM  : 2EB09/27211179
Tahun          : 2011-20012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar